PEJUANG KEADILAN

Minggu, 23 Mei 2010

GENDER DALAM AGAMA

Latar belakang
Allah menciptakan makhluk-Nya di dunia ini selalu berpasang-pasangan, ada siang ada malam, ada matahari ada bulan, ada bumi ada langit, ada laki-laki ada perempuan. Semua ini menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi para hamba-Nya yang pandai berfikir. Bagi manusia yang pandai mengelola akal pikirannya, jelas tidak ada kelebihan dan kekurangan dari maksud penciptaan makhluk-Nya, Allah tidak membedakan antara satu jenis kelamin dengan jenis kelamin yang lain, keduannya merupakan pasangan serasi yang membuat keseimbangan dalam alam raya ini.
Atas dasar itu Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dalam kedudukan dan derajat yang sama dihadapan pencipta-Nya, keduannya merupakan mekhluk yang mulia dibanding dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Karena manusia dibekali akal pikiran yang dapat digunakan untuk menentukan pilihan mana yang baik dan mana yang buruk. Adalah pendapat yang tidak berdasar sama sekali bila menganggap bahwa manusia laki-laki lebih mulia atau lebih tinggi derajatnya dari manusia perempuan. UUD 1945 pasal 27 menyebutkan “ Bahwa segenap warga negara indonesia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kedudukan yang sama didalam hukum dan pemerintahan.
Oleh karena itu menjadi kewajiban kita semua untuk meluruskan yang selama ini telah salah kaprah karena pengaruh tradisi dan budaya patriarkhi yang menempatkan kaum laki-laki sebagai penguasa atas keluargannya, dan kembali mempedomi ajaran-ajaran yang diberikan Allah lewat kitab suci yang diturunkan-Nya untuk umat manusia melalui para rosul utusan-Nya.

ISLAM DALAM GENDER
Sejak 15 abad yang lampau, agama Islam telah menghapuskan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan memberikan posisi serta kedudukan kepada kaum perempuan setara dengan kaum laki-laki. Permasalahan ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender yang dikenal dengnan istilah marjinalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan dan multi beban bagi perempuan di dalam ajaran islam tidak ditemukan diadalam kitab suci Al-Qur’an senantiasa Tuhan menegur umat manusia baik kepada Laki-laki maupun perempuan dalam satu kata misalnya “ Afala ta’qilun (bukankah kalian orang-orang yang berakal), afala tatafakkarun ( bukankah kalian oranng-orang yang berfikir) dan sebagainya.
 Laki-laki dan perempuan dari awal penciptaannya sama ( An-Nisa’4:1, Al-A’ras 7:189 dan Az-Zumar 39:6)
 Hak dan kwajiban yang seimbang (Al-Baqoroh 2:187),
 Sama mempunyai tugas dan amanah untuk mengelola dan memakmurkan dunia ( Al-fathir 35:39),
 Kesetaraan dan keadilan dalam beriman, beramal, beraktualisasi dan berdedikasi tanpa membedakan jenis kelamin (Al-Ahzab 33:35 dan 73, surat An-Nahl 16:97) Dll.
Dalam sebuah Hadits “ surga ada dibawah telapak kaki ibu” menunjukkan betapa mulianya derajat seorangn ibu (perempuan) dalam sebuah keluarga.
Sebuah hadits “ Orang yang mulia adalah orang yang memuliakan kaum perempuan dan orang yang menghina perempuan adalah orang yangn hina”.
“ sesungguhnya perempuan itu adalah saudara kandung laki-laki” (HR.Abu Dawud).

GENDER DALAM KATOLIK
Dalam kitab suci (Bible) maupun dalam ajaran resmi gereja Katolik, cukup banyak pernyataan yang menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan menempati posisi yang setara dan sederajat. Bahkan mempunyai harkat dan martabat yangn sama, dimana keduannya sama-sama menerima mandat dan mengemban tugas untuk merawat serta mengelola bumi. Antara lain dalam kitab Kejadian 1:27-28 “ Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri, menurut gambar Allah diciptan-Nya dia, laki-laki dan perempuan. Allah memberkati mereka dan lalu berfirman “ Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.
Demikian juga surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II (15 Agustus 1998) menggaris bawahi “ Martabat dan panggilan “ kaum perempuan (Mulieris Dignitatum) dengan penekanan pada pentingnya partisipasi perempuan sebagai insan yang semartabat dengan laki-laki.

GENDER DALAN KRISTEN PROTESTAN
Ada lebih dari satu kitab dalam al-kitab, kelompok besar perjanjian lama dan perjanjian baru. Dalam bahasa latin testamentum menunjukkan perjanjian Allah untuk umatnya melalui Abraham (perjanjian baru) Al-Kitab lahir ditengah-tengah dunia patriarkhis, akan tetapi benang merah ajaran alkitab memaparkan bagaimana Allah mewujudkan kasihnya terhadap manusia tanpa pandang jenis kalamin, golongan maupun usia dan nyata benar dalam terang kasih Allah antara laki-laki dan perempuan tidak ada yangn saling mendominasi.
Dibawah terang ajaran inilah kaum laki-laki bersama sama perempuan menjadi alat karya selamat Allah bagi dunia mangakhiri Dasawarsa Oikumenis Solidaritas Gereja dengan Wanita (1988-1998) di Harere Zimbabwe, dewan gereja sedunia mengirimkan semua “Dari solidaritas ke Akuntabilitas” ke seluruh Gereja-gereja untuk menciptakan dunia yang baik, dimana tidak ada perbedaan peluang antara laki-laki dan perempuan dalam mengupayakan diri merasakan kehidupan damai sejahtera bagi dirinya sendiri dan bagi dunia.

GENDER DALAM BUDHA
Manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan yang muncul bersamaan dibumi (Angganna Sutta) seseorang dapat terlahir kembali sebagai laki-laki ataupun perempuan sesuai dengan karma masing-masing (Kamma Niyama) sehingga laki-laki dan perempuan dalam agama budha tidak dibicarakan sebagai sesuatu yang bermasalah. Kehidupan laki-laki dan perempuan adalah untuk saling membantu dan saling mengerti, sehingga pada waktu terjadi pernikahan antara laki-laki dan perempuan adalah sebagai “mitra” (Aguttara Nikaya II hal 62 “ Sang Budha mangatakan untuk membantu sebuah keluarga yang bahagia dikehidupan sekarang ini maupun dikehidupan berikutnya maka seyogyanya keduannya memiliki keyakinan, moralitas, kemurahan hati dan kebijaksanaan yang seimbang.

GENDER DALAM HINDU
Gender bukan perbedaan perlakuan sosial antara laki-laki dan perempuan. Agama Hindu mengajarkan seluruh umat manusia diperlakukan sama dihadapan Tuhan sesuai dengnan Dharma bhaktinya. Dalam kitab Sarasamuccaya SM 2 Skr disebutkan : “Dari demikian banyaknya semua makhluk yang hidup yang dilahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat perbuatan baik maupun buruk, untuk melebur perbuatan yang buruk melakukan yanng baik adalah kehidupan yangn kelak akan menerima pahala”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar