PEJUANG KEADILAN

Sabtu, 15 Mei 2010

BATASAN ILMU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU

BATASAN ILMU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU
Pengertian
Term Filsafat berasal dari 2 suku kata, yakni Phylo dan Shopia yang berarti Cinta dan Kebijaksanaan. Secara bahasa filsafat berarti mencintai kebijaksanaan, Adapun secara istilah berarti mencari kebenaran menurut ukuran-ukuran tertentu.
Ilmu pengetahuan diasumsikan lahir dari hasil pemikiran manusia melalui kajian filsafat secara mendalam, sehingga filsafat diasumsikan sebagai induk dari segala macam ilmu pengetahuan. Ilmu diidentikan dengan term pengetahuan (knowledge). Jadi filsafat ilmu adalah filsafat tentang pengetahuan (the phylosophy of knowledge). Namun ada juga yang memaknai istilah ilmu setara dengan science. Dalam kajian filsafat ilmu, term ilmu pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai segala sesuatu yang telah diketahui oleh manusia.
Sedangkan ilmu logika adalah disiplin ilmu sebagai cabang dari filsafat yang menjelaskan tentang cara berfikir dan alat untuk mencari pengetahuan yang benar. Prinsip dasar logika terbagi empat, yaitu: prinsip kontradiksi, prinsip identitas, prinsip persamaan, prinsip perbandingan dan prinsip hubungan sebab akibat. Berfikir sistematis menurut ilmu logika ditujukan untuk mencintai kebenaran, mencari klasifikasi dari segi persamaan dan perbedaan, memperoleh definisi yang tepat dan menemukan kesimpulan yang dianggap benar.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian filsafat mencakup. Obyek material adalah aspek-aspek yang dipelajari dalam filsafat, yang sudah ada dan mungkin ada serta ditemui dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, alam dan pemanfaatannya. Obyek formal adalah cara-cara mengetahui obyek-obyek tertentu melalui suatu proses penalaran, penga-laman, kebiasaan dan instuisi manusia. Sebagai contoh, terbang menggunakan kapal merupakan salah satu cara untuk mempercepat proses transportasi.
Dalm bidang kajian filsafat untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan memperhatikan 3 aspek: Pertama, ontologis yaitu mengetahui hakikat sesuatu. Pada umumnya berupa definisi-definisi dan pengertian-pengertian tentang sesuatu itu. Kedua, efistimologis yaitu bagaimana cara mengetahui sesuatu. Pada umumnya berupa metode-metode atau pendekatan-pendekatan dalam memahami sesuatu. Ketiga, Aksiologis yaitu tujuan mengetahui sesuatu. Umumnya ditujukan untuk mengetahui manfaat atau kegunaan dari sesuatu.

Sumber, Karakteristik dan Ukuran Kebenaran Ilmu Pengetahuan
1. Sumber Ilmu Pengetahuan
Di kalangan pemikir filsafat Barat, ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui tiga cara: Pertama, pendekatan rasio yaitu memperoleh pengetahuan dengan penalaran akal secara kritis, logis, sistematis dan filosofis; Kedua, pendekatan inderawi yaitu memperoleh pengetahuan dari pengalaman-pengalaman dan telaah terhadap realitas yang dialami oleh manusia; Ketiga, pendekatan intuisi yaitu memperoleh pengetahuan dengan menggunakan ketajaman naluri terhadap objek-objek yang ingin diketahui. Ketiga hal tersebut dilakukan manusia melalui pendekatan filsafat ontologis (mengetahui hakikat sesuatu), pendekatan epistimologis (bagaimana mengetahui sesuatu) dan pendekatan aksiologis (mengetahui fungsi dan tujuan sesuatu).
Di kalangan filosof muslim, sumber pengetahuan dalam filsafat diperoleh dari wahyu, akal, pengalaman dan intuisi. Wahyu merupakan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan, karakteristik kebenarannya bersifat mutlak/absolut karena ia berasal dari firman-firman Allah dan Sunnah Nabi. Sementara akal merupakan alat untuk mencari pengetahuan dan kebenaran berdasarkan nalar/rasio yang kebenarannya berifat relatif. Sedangkan pengalaman menjadi alat untuk memperoleh kebenaran yang berdasarkan pengalaman inderawi. Adapun intuisi merupakan alat untuk mencari kebenaran berdasarkan naluri atau instinct. Akal hanya dimiliki oleh manusia, sedangkan pengalaman dan naluri tidak hanya dimiliki manusia tetapi juga oleh hewan. Tingkat kebenaran pengalaman dan naluri umumnya bersifat relatif dan memerlukan pengujian.

2. Tujuan
Tujuan dari mempelajari filsafat antara lain.
a. Mampu mengetahui dan memahami segala sesuatu berdasar pengetahuan secara mendalam dan komprehensif melalui penalaran yang kritis, logis, sistematis dan universal untuk menemukan kebenaran yang dikehendaki.
b. Mampu menjelaskan kembali aspek-aspek yang dipelajari dalam filsafat secara kritis, logis, sistematis dan universal berdasarkan standar kebenaran tertentu.
c. Mampu mengimplementasikan aspek-aspek yang dipelajari dalam filsafat secara praktis.

3. Metode Memahami Filsafat
a. Metode Deduktif (umum – khusus), yakni menjelaskan obyek-obyek kajian filsafat dari umum ke khusus. Sebagai contoh, menjelaskan Mudharabah di Bank Syari’ah diawali dengan menjelaskan prinsip bagi hasil sebagai prinsip umum yang diterapkan di Bank Syari’ah, yang selanjutnya menjelaskan prinsip mudharabah secara spesifik sebagai turunan dari prinsip bagi hasil tersebut.
b. Metode Induktif (khusus – umum), yakni menjelaskan obyek-obyek kajian filsafat dari khusus ke umum. Sebagai contoh, menjelaskan secara spesifik lebih awal tentang prinsip mudharabah di Bank Syari’ah sebagai turunan dari prinsip bagi hasil secara keseluruhan yang bersifat umum.

Pendekatan Memahami Filsafat
1. Pendekatan Deskriptif, yaitu menggambarkan keseluruhan obyek-obyek kajian filsafat baik secara deduktif maupun induktif, yang umumnya diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan. Sebagai contoh, menjelaskan implementasi prinsip mudharabah di Bank Syari’ah berdasarkan fenomena dan fakta yang terjadi di Bank Syari’ah.
2. Pendekatan Naratif, yaitu menguraian secara rinci keseluruhan obyek-obyek kajian filsafat baik secara deduktif maupun induktif, yang umumnya diperoleh dari hasil penalaran secara kritis dan rasional. Sebagai contoh, menjelaskan implementasi prinsip mudharabah di Bank Syari’ah berdasarkan asumsi-asumsi teoritik yang erat kaitannya dengan Bank Syari’ah.

Prinsip-prinsip Dasar Logika
1. Prinsip kontradiksi, yaitu memahami suatu obyek/masalah/kasus dengan penalaran logis yang bermakna sebaliknya. Sebagai contoh, halal adalah kebalikan dari haram.
2. Prinsip identitas, yaitu memahami suatu obyek/masalah/kasus dengan penalaran logis pada segiri ciri/karakteristiknya. Sebagai contoh, memahami harta milik sebagai suatu kekayaan yang dimiliki.
3. Prinsip persamaan, yaitu memahami suatu obyek/masalah/kasus dengan penalaran logis pada segi persamaan dengan yang lainnya. Sebagai contoh, mengeluarkan zakat maal atas emas yang telah mencapai nishab 92,6 gram setara dengan jumlah uang yang dimiliki di tabungan seharga emas itu.
4. Prinsip perbandingan, yaitu memahami suatu obyek/masalah/kasus dengan penalaran logis pada segi perbandingan dengan yang lainnya. Sebagai contoh, melaksanakan kurban dengan kambing 7 ekor sebanding dengan 1 ekor sapi.
5. Prinsip hubungan sebab akibat, yaitu memahami suatu obyek/masalah/kasus dengan penalaran pada pola hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, upah/gaji adalah akibat yang diperoleh dari suatu sebab pekerjaan yang dilakukan dalam akad ijarah.
Dari pendekatan- pendekatan itu, dalam perkembangannya telah melahirkan berbagai aliran dalam filsafat, di antaranya yaitu filsafat rasionalisme, empirisisme, pragmatisme, kritisisme, positivisme, modernisme dan post-modernisme. Bahkan masing-masing aliran tersebut, tumbuh dan berkembang serta melahirkan berbagai aliran baru yang lahir seiring dengan perkembangan pengetahuan dan pemikiran manusia tentang berbagai objek (objek formal dan objek material).
Dari aliran-aliran filsafat tersebut, maka lahirlah ilmu pengetahuan yang secara umum dibagi ke dalam tiga bagian besar struktur ilmu pengetahuan: Pertama, ilmu alam (natural science) yaitu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan objek-objek yang tampak pada alam; Kedua, ilmu social (social science) yaitu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan objek-objek yang terdapat pada manusia dan hubungannya dengan manusia dan makhluk hidup lainnya; Ketiga, ilmu humaniora (humanioral science) yaitu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tata aturan, nilai-nilai, norma-norma, etika dan estetika serta kaidah-kaidah yang ada dan berlaku pada manusia.
Sebagai ilmu pengetahuan yang menjelaskan objek-objek yang terdapat pada alam, ilmu alam (natural science) banyak melahirkan berbagai cabang disiplin ilmu yang termasuk dalam lima garis besar ilmu alam yaitu: (1) Astronomi; (2) Fisika (Teknik Mekanika, Teknik Hidronamika, Teknik Aerodinamika, Teknik Bunyi/ Akustik, Teknik Iluminasi/Cahaya-Optik, Teknik Listrik-Magnetisme, Teknik Elektronika, Teknik Nuklir); (3) Kimia (Kimia Organik, Kimia Teknik, Teknik Metalogi); (4) Ilmu Bumi (Paleontologi, Ekologi, Geofisika, Geokimia, Meneralogi, Geografi, Oceanografi); dan (5) Ilmu Hayat (Biofisika, Botani, Fisiologi, Anatomi, Histologi, Zoologi).
Sedangkan ilmu sosial mencakup atas ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan hubungan antar sesama manusia yang terbagi menjadi lima garis besar yaitu: (1) Sosiologi (Sosiologi Komunikasi, Sosiologi Politik, Sosiologi Pendidikan); (2) Antropologi (Antropologi Budaya, Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik); (3) Psikologi (Psikologi Pendidikan, Psikologi Anak, Psikologi Abnormal); (4) Ekonomi (Ekonomi Makro, Ekonomi Lingkungan, Ekonomi Pedesaan); (5) Politik (Politik Dalam Negeri, Politik Hukum, Politik Internasional).
Adapun ilmu humaniora lebih berkaitan dengan nilai-nilai etika dan estetika yang terbagi menjadi tujuh garis besar yaitu: (1) Seni (Seni Abstrak, Seni Grafika, Seni Pahat, Seni Tari); (2) Hukum (Hukum Pidana, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Adat); (3) Filsafat (Filsafat Pengetahuan, Filsafat Manusia, Filsafat Pendidikan; (4) Bahasa; (5) Sastra; (6) Agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha, Confusius) ; (7) Sejarah (Sejarah Indonesia, Sejarah Dunia).

SKEMA STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN
DALAM FILSAFAT ILMU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar